Perdamaian, perdamaian 

Perdamaian, perdamaian 
Banyak yang cinta damai tapi perang semakin ramai
Bingung bingung ku memikirnya

                Pernahkah anda mendengar lagu dengan lirik tersebut? Ya untuk masyarakat Indonesia lagu tersebut tidak asing lagi. Lagu tersebut adalaah lagu ciptaan Deddy Dhukun dan Youngki Soewarno yang dipopulerkan oleh Gigi di tahun 2006. Lagu tersebut menceritakan tentang perang yang semakin ramai, pembuatan senjata, dan penghancuran gedung gedung yang dibuat. Akhirnya sang penulis sendiri pun pusing memikirkannya. 

                Dari lagu tersebut pun tercermin, bahwa masyarakat itu belum paham benar dengan arti perdamaian. mereka menginginkan perdamaian namun melakuakn hal sebaliknya. 

                Apa sih perdamaian itu?
perdamaian sendiri berasal dari kata damai yang diberi imbuhan per-. Damai sendiri memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.

                Nah sudah paham kan arti dari perdamaian sendiri? Namun dalam pelaksanaannya terkadang semua bertolak belakang.

                Orang-orang zaman dahulu mereka berpikiran bahwa untuk menciptakan suatu kedamaian dan persatuan perlu adanya penaklukan supaya mereka tunduk dan bisa diajak kerja sama. Namun semua itu salah! Yang ada hanyalah penjajahan tanpa adanya belas kasih. Perlawanan pun berada dimana – mana. Dan akhirnya pun perang meletus.

                Tidak ada bedanya dengan sekarang. Perang pun masihberlanjut. Contohnya adalah perang antara Israel dengan Palestina. KonflikIsrael-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana,seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudiyang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruhbangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitasterdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiranteritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dansebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengansatu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza,Tepi Barat,dan Yerusalem Timur.


                Untuk menghindari beberapa masalah yang ada dari berbagai Negara adalah dibentuknya PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa)
Tujuan dari PBB yang tercantum dalam pasal 1 piagam PBB adalah sebagai berikut:
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
2. Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan penghargaan atas persamaan hak dan penentuan nasib sendiri
3. Menciptakan kerjasama internasional dalam menyelesaikan persoalan- persoalan internasional di lapangan ekonomi, social dan kebudayaan
4. Menjadikan PBB sebagai pusat bagi penyelarasan segala tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan.

                Namun fungsi dari PBB (Perserikaatan Bangsa – Bangsa) sendiri seperti tidak ada. Padahal sudah jelas sekali berbunyi “Memelihara perdamaian dan keamanan internasional” dan diletakan di awal. Namun masih banyak sekali konflik – konflik perdamaian di hamper semua Negara yang tak bisa dihindari. Entah kaarena Individunya, Kelompok / Golongannya, Masyarakatnya atau bahkan negaranya yang menyebabkan tidak terciptaya suatu perdamaian.

                Jadi kesimpulannya, untuk menciptakan suatu perdamain itu perlu dimulai dari yang kecil dan sederhana yaitu rasa saling menghargai antar sesama. Jika yang kecil saja sudah terlaksana pasti kedepannya perdamaian akan terwujud dengan cepat. Tidak hanya suatu negara bahkan dunia pun bisa damai.

            Manusia terlahir dengan memiliki banyak perbedaan. Terutama di tanah air Indonesia ini terdapat masyarakat yang bhineka, mulai dari perbedaan budaya, suku, ras, agama, dan yang lainnya. Tetapi manusia dituntut agar bisa hidup di antara perbedaan itu, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Faktanya tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan, tidak bisa menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya, dan hanya ingin menunjukkan dirinya tanpa menghargai yang lain. Namun apakah manusia yang seperti itu dapat bertahan lama? Tentu saja tidak. Contohnya saja konflik antar umat Islam dan Kristen di Maluku yang merenggut banyak korban jiwa, perkelahian antarsuku di Papua, dan perang Sampit. Jika suatu individu dengan individu lainnya tidak dapat menerima perbedaan dari suatu kelompok atau individu, maka akan terjadi konflik yang membawa banyak korban.

            Konflik-konflik mengenai perbedaan ras, suku, maupun agama dapat dihindari dengan menanamkan rasa perdamaian dan toleransi. Dengan menghargai dan menerima perbedaan yang ada maka akan terciptalah suasana aman, damai, dan tentram. Tentunya tidak ada yang ingin berlarut-larut melihat, mengalami, bahkan menjadi korban dari konflik perbedaan ras, suku, dan agama. Tetapi sepertinya sangatlah sulit menerapkan rasa toleransi tersebut, melihat masih banyaknya konflik yang terjadi di Indonesia. Namun, bukan berarti hal itu tidak bisa dilakukan karena kita sebagai generasi muda dapat menanamkan sejak dini rasa damai, anti kekerasan, dan rasa toleransi sebagai pencipta perdamaian negara dan dunia.
           
            Perdamaian adalah sebuah suasana yang selalu kita inginkan, Karena di dalam perdamaian ada suasana tenang dan sukacita. Dan perdamaianlah yang mengakibatkan terjadinya hubungan yang harmonis antara satu sama lain walaupun hidup berdampingan dalam perbedaan. Tetapi, akibat adanya sebuah arogansi yang berlebihan dari  satu individu atau kelompok, perdamaian ini akan terusik. Inilah realita kehidupan. Setiap orang yang tidak memandang dan mempunyai rasa menghargai perbedaan yang ada, mereka ini selalu merasa lebih unggul daripada yang lain, sehingga terjadi konflik antar pihak yang dapat menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Sudah sering kali kita lihat di Negeri tercinta ini, banyak terjadi hal semacam ini, yang dimana masalah tersebut berlangsung dalam jangka waktu panjang dan berlangsung turun temurun dalam generasi ke generasi. Lebih lagi, konflik yang ditimbulkan ini melibatkan kekerasan yang akhirnya merugikan semua pihak. Hal semacam inilah yang berdampak negatif untuk kelangsungan hidup beragama dan bermasyarakat. Disamping itu, hal ini dapat berdampak bagi generasi – generasi selanjutnya akibat adanya dendam turun temurun yang diwariskan pendahulu mereka. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran arti pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada, serta rasa anti kekerasan yang perlu ditanamkan sejak dini.


            Konflik yang menimbulkan kekerasan tadi sangat bertentangan dengan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia yaitu memiliki budi pekerti luhur dan persatuan Indonesia. Perlu adanya peranan dan kesadaran semua pihak dalam mencegah dan mengatasi jika hal semacam ini terjadi. Jika hal ini tetap berlanjut dan tidak ada solusi permasalahan yang konkret maka bisa saja masalah ini akan menjadi semakin besar dan menyebar luas. Sebuah konflik pasti mempunyai jalan keluar yang dapat diambil tanpa melalui kekerasan. Tinggal bagaimana kesadaran masing - masing pihak mengenai dampak negatif kekerasan yang mereka lakukan. Terlebih, kita sebagai pelajar di era globalisasi ini seharusnya lebih menyadari bahwa kekerasan merupakan hal yang kuno dan seharusnya ditinggalkan. Di samping memiliki suatu kesadaran, pihak yang terlibat sebaiknya bersifat toleransi dalam menanggapi dan menghadapi sebuah permasalahan.

            Toleransi kehidupan merupakan suatu hal yang harus dimiliki semua pihak agar tercipta keselarasan hidup antara yang satu dengan yang lain. Toleransi atas berbagai perbedaan yang menjadi solusi dari konflik-konflik yang terjadi akan menghindarkan semua pihak dari adanya dampak negatif dari konflik tersebut. Dengan toleransi, akan menciptakan suasana damai dan kondusif agar suatu konflik cepat terselesaikan. Selain konflik dapat dengan cepat terselesaikan, toleransi juga menjauhkan kita dari berbagai bentuk kekerasan. Wujud toleransi dalam kehidupan yaitu antara lain saling menghormati dan menghargai perbedaan bermasyarakat, saling tolong menolong tanpa pandang suku, ras dan agama, serta tidak mengganggu segala aktivitas pihak lain.

            Kesimpulan yang dapat diambil adalah, dalam hidup ini pasti terdapat berbagai macam konflik yang terjadi, tinggal bagaimana cara masing – masing pihak menghadapi hal tersebut. Tujuan dari pemecahan suatu masalah adalah kedamaian. Dimana dengan kedamaian semua pihak dapat menjalani kehidupan dengan nyaman dan tenang tanpa diliputi rasa cemas akan hal hal yang negatif. Kita sebagai generasi penerus bangsa juga harus menghindari kekerasan – kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah. Karena dengan kita menggunakan kekerasan, yang  ada hanyalah masalah tersebut menjadi semakin besar dan semakin rumit untuk dipecahkan. Untuk itu, perlu adanya toleransi kehidupan yang dimiliki oleh semua pihak dalam bermasyarakat, agar tercipta suasana nyaman dan kondusif dalam hidup berdampingan dalam beraneka perbedaan yang ada.


            



       
          Jumat, 17 Juli 2015 adalah hari bersejarah untuk orang Islam, karena hari itu adalah hari raya Idul Fitri untuk seluruh umat Muslim di Dunia. Idul Fitri adalah hari kemenangan yang dirayakan dengan penuh suka cita. Bagi sebagian orang di Indonesia, khususnya umat muslim, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran begitu sangat identik dengan tradisi mudik, halal bihalal, kesuka citaan, hidangan dan lain sebagainya.

          Namun lain halnya dengan Umat Islam di Karubaga Kabupaten Tolikara Papua. Mereka tak merasakan kebahagian hari kemenangan tersebut. Pasalnya saat Umat Islam menunaikan ibadah sholat Idul Fitri tiba-tiba massa melempari jamaah saat Takbir ke-7 setelah itu masjid tempat sholat tersebut dibakar. Massa yang yang menyebut diri mereka GIDI Papua (Gereje Injil Di Indonesia) dengan alas an mereka memiliki acara sendiri.

          Sehari sebelumnya massa GIDI sudah melayangkan surat peringatan kepada umat muslim di tempat tersebut agar tidak melaksanakan Takbiran dan sholat Idul Fitri. Mereka beralasan karena ini adalah Harinya Yesus dan ada misionaris Luar Negeri juga disana.

          Tak berhenti disitu massa juga membakar kios –kios milik umat islam dan menjarah barangnya. Dari kejadian tersebuat terdapat beberapa orang yang mengalami luka bakar. Ini juga menjadi pukulan keras bagi Pemerintah dan Umat Muslim di Indonesia.

          Setelah kejadian tersebut TNI maupun polisi atau penegak hukum daerah tersebut terlihat sedang berjaga-jaga untuk mengantisipasi serangan warga yang ditakutkan akan terjadi lagi yang ke-2 kalinya.

          Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa massa tersebut tidak bisa menerima perbedaan yang ada di daerah tersebut dengan terjadinya peristiwa pembakaran masjid tersebut. Umat Islam didaerah tersebut yang dikatakan hanya minoritas dan bukan mayoritas yang seharusnya dihormati oleh kaum mayoritas. Ini mencerminkan bahwa kesadaran toleransi dan perbedaan pendapat antara golongan agama satu dengan yang lain masih rendah atau minim.

          Hal tersebut juga melanggar hak kebebasan beragama yang seharusnya mutlak dimiliki setiap orang. Serta pelanggaran terhadap sila-1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut kami apa yang harus dilakukan oleh kedua massa tersebut adalah pertama untuk umat GIDI

          Papua seharusnya tidak usah sampai melaayangkan surat seperti itu dan emosi setelahnya hingga membakar masjid tempat beribadah orang Muslim. Cukup dengan memberitahunya saja bahwa besok adalah hari Yesus juga dan bisa berdampingan menjalankannya.

          Serta untuk Umat Muslim sebaiknya untuk memperhatikan takbiran agar jangan terlalu keras yang bisa mengganggu mayoritas umat non Islam disana.
Jika Semuanya menaati peraturan serta memiliki toleransi dan menghargai perbedaan diantara kedua pihak maka mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.



          Kami ingin agar pemerintah turun tangan dalam masalah ini. Ini merupakan masalah serius yang merupakan akar dari sebuah perpecahan Indonesia. Pemerintah bisa melerai masalah ini dengan mempertemukan kedua pihak secara kepala dingin dan mecari akar permasalahan yang sebenarnya.
Selain itu bantuan dari berbagai penjuru Indonesia sangat dierlukan untuk membantu umat muslim disana.
                 

                   Pada zaman modern seperti saat ini, masih marak terjadi kasus- kasus bullying. Bullying bisa terjadi kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun. Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional  melalui pelecehan dan penyerangan.
               
                Bullying terjadi akibat ketidakseimbangan kekuatan antara pelakunya yang lebih kuat dan target (korban) yang lebih lemah. Dari sisi pelaku, kecenderungan untuk melakukan bullying disebabkan oleh keadaan lingkungan yang membentuk kepribadian agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Keadaan lingkungan yang dimaksud antara lain pola asuh dalam keluarga, kondisi keluarga itu sendiri, kondisi sosial lingkungan sekitar serta teknologi media informasi yang ada saat ini.

                Bullying ternyata tidak hanya mencakup penganiayaan secara fisik seperti yang sering kita dengar, tetapi juga dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk bullying antara lain: kontak fisik langsung (tindakan kekerasan fisik seperti tamparan dan pukulan), kontak verbal langsung (kata-kata ejekan, hinaan dan tuduhan), perilaku non verbal langsung (ekspresi menghina seperti menjulurkan lidah), perilaku non verbal tidak langsung (melalui media sms, internet dan jejaring sosial lainnya), serta pelecehan seksual.
               
                Para korban yang mendapat perilaku bullying dalam bentuk apapun berpotensi mengalami trauma psikis yang berdampak pada kehidupannnya. Tanda dan gejala yang biasa muncul antara lain gejala sakit fisik yang tidak spesifik, gangguan psikosomatis, perilaku menghindari sekolah, perubahan perilaku sosial, indikator emosional, perubahan perilaku yang mengkhawatirkan serta indikator kesehatan yang memburuk. Tanda dan gejala tersebut diatas dapat menjadi perhatian bagi para orang tua, sehingga apabila dijumpai pada putra atau putrinya, perlu dipikirkan bahwa mereka telahmenjadi korban bullying, sehingga mereka dapat ditangani sesegera mungkin.

                Bullying dapat berdampak besar bagi kehidupan baik korban maupun pelaku bullying. Dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Bagi korban, dampak jangka pendek mereka akan cenderung menghindari lingkungan sekolah atau lingkungan dimana pelaku berada serta munculnya berbagai gangguan psikosomatis dan dampak jangka panjangnya saat mereka dewasa dapat menjadi pribadi yang minder, anti sosial dan mudah curiga terhadap orang lain. Selain itu korban bullying juga berpotensi menjadi pelaku bullying baru di masa mendatang sebagai bentuk pelampiasan atas apa yang telah diterimanya. Sedangkan bagi pelaku bullying itu sendiri akan cenderung memanfaatkan kekuasaannya tersebut terus menerus dan tumbuh menjadi pribadi yang agresif, memiliki kontrol emosi yang buruk dan mudah atau rentan menjadi pelaku tindakan kriminal.

                Pencegahan bullying pada anak harus melibatkan berbagai pihak antara lain keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga sebagai orang terdekat anak memiliki kewajiban mendidik dengan pola asuh yang benar, menghindari pola asuh yang otoriter serta memberi contoh yang baik dalam perilaku dan perbuatan. Sekolah sebagai instansi yang dipercaya untuk memberikan pendidikan berjenjang bertanggung jawab mengontrol batasan hubungan antar siswa dan melakukan pengawasan terhadap kejadian bullying dalam lingkungan sekolah.
               
                Penanganan bagi korban bullying harus dilakukan dengan pendekatan psikologis dari keluarga, sekolah maupun praktisi psikolog yang berkompeten dan pada beberapa kasus diperlukan intervensi khusus. Dukungan dari keluarga, sekolah dan lingkungan yang bersinggungan langsung dengan korban diperlukan dalam proses penanganan korban maupun pelaku bullying, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali.

“STOP BULLYING NOW!”             

Sumber: http://droenska.com/

Dengan adanya toleransi dalam perbedaan,
akan menciptakan suatu harmoni yang indah
               Pernah terdengar peribahasa, “laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang tangguh”. Yang memiliki makna, lingkungan yang biasa- biasa saja, tidak akan menghasilkan orang yang kuat dalam  menjalani kehidupan. Saya pun coba menerapkan peribahasa tersebut dalam hidup saya, sebagai motivasi untuk merubah diri menjadi pribadi yang lihai dan lebih kuat.
            
               Saat itu, saya masih kelas 1 SMA, melihat sekolah saya yang mempunyai organisasi kesiswaan yang menonjol di sekolah, yang mampu menggerakkan dan memimpin siswa satu sekolah, menjalankan banyak sekali program kerja, dan mampu memiliki nilai akademik yang cukup memuaskan. Kemudian saya bertanya-tanya, bagaimana orang-orang tersebut dapat melakukan time-management dengan baik dalam kurun periode yang lumayan lama, tanpa merasa lelah dan bosan.
            
               Lalu, saya pun tertarik untuk mengikuti organisasi kesiswaan tersebut, untuk menambah ilmu bagi diri, agar lebih mempunyai strength, passion, dan intellegence, yang nantinya akan sangat berguna.
            
               12 Februari 2014, dimana seleksi untuk masuk OSIS pun dilaksanakan. Saya sudah mendapat kabar tentang tanggal tersebut satu minggu sebelumnya dari bisik-bisik teman teman yang ikut tertarik mengikuti seleksi tersebut. Pada hari itu, seleksi berjalan dengan lancar, yang kemudian hasilnya akan diumumkan besok. Keesokan harinya, saya melihat nama saya tercantum dalam lolosan seleksi tersebut. Rasa haru bercampur ragu pun menyelimuti kalbu.
           
               Lolosan dari seleksi ini akan mengikuti proses-proses yang cukup panjang sebagai bekal pelajaran ketika menjabat 1 tahun ke depan. Setelah melalui proses-proses tersebut, tibalah saat-saat yang ditunggu sekian lama, yaitu Serah Terima Jabatan. Yaitu, penyerahan tonggak kepemimpinan OSIS periode  sebelumnya ke periode yang baru.
           
               “Semua akan indah pada waktunya”. Setelah mengikuti proses lika-liku pembelajaran yang cukup lama, kami merasa lebih bebas sekaligus merasa bertanggung jawab kepada sekolah ini, teman-teman, kakak-kakak, dan semuanya bahwa kami OSIS yang baru ini, akan membuktikan dan mengimplementasikan semua ajaran dan ilmu yang diberikan dalam organisasi.
            
               Walaupun dalam OSIS sendiri, individu yang ada adalah dari pribadi-pribadi yang memiliki suku ras agama yang berbeda, kami selalu menerapkan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang saya pelajari ketika mendapat materi PPkn di kelas 1 SD.
            
               Seiring berjalannya waktu, kami pun saling mengenal individu masing-masing, bagaimana karakter dia, cara dia bekerja, kemampuan yang dia miliki, dan sampai mana kedewasaannya. Melalui hal tersebut, saya mempunyai cara sendiri-sendiri menghadapi karakter yang berbeda-beda tersebut, agar dalam organisasi ini tercipta suasana yang kondusif dan co-operative sebagai keluarga kedua, sekaligus partner kerja yang baik.
           
               Namun, tak dapat dipungkiri bahwa seiring berjalannya waktu masalah demi masalah menghampiri kami. Mungkin melalui masalah, alam mencoba untuk mendewasakan manusia yang ada di dalamnya. Di sini, saya melihat bahwa ternyata setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menanggapi masalah. Banyak dari mereka yang justru menghiraukan masalah, melimpahkan masalah ke orang lain, dan ada juga yang berani menghadapi masalah tersebut.
            
               Tantangan atau masalah yang dihadapi pun bermacam-macam, ada yang dari dalam. Seperti, konflik internal antara individu satu dengan yang lain. Maupun dari luar, yaitu ketika sekolah atau teman-teman non-OSIS mempunyai konflik dengan OSIS. Hal tersebut mulai terasa seperti makanan sehari hari bagi kami.
           
               Dengan datangnya masalah yang “bertubi-tubi” tersebut saya mersa lebih dewasa dalam melihat suatu konflik, dan mempunya cara-cara jitu untuk menyelesaikannya. Namun, setiap manusia pasti memiliki titik jenuh, yang dimana saat sesorang berada di titik jenuhnya, akan bertindak selayaknya orang yang kurang akal.
            
               Tetapi disini, kami adalah keluarga, yang dimana kami saling melindungi, mengarahkan, dan membantu satu sama lain. Ketika ada satu dari kami merasa lelah, kami yang menguatkan, ketika merasa bimbang, kami yang mengarahkan, ketika merasa kesulitan, kami yang membantu. Itulah makna keluarga bukan?
            
               “Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil”. Itulah yang selalu kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, setiap usaha yang kami lakukan dalam penyelesaian masalah, kami percaya hal tersebut dapat berhasil, dan untuk setiap kegagalan yang kami alami, kami anggap sebagai tantangan yang nantinya akan lebih mendorong kami untuk menjadi lebih baik.
            
               Ditambah lagi, kami percaya bahwa Tuhan juga punya jalan bagi umatnya yang berusaha. Dan dapat disimpulkan, bahwa toleransi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat meminimalisir konflik yang terjadi diantara kami. Sekaligus perlu adanya kesadaran dari masing- masing individu bahwa setiap konflik harus dilihat dari berbagai sudut pandang, selalu melihat segi positif, dan menyelesaikan masalah dengan pikiran yang jernih. “People doesn’t choose the path, path choose the people”.


#CIPTADAMAI


                Bullying ... Sebagian orang sering mendengar istilah Bullying tersebut. Kalau mau tau biasanya kata-kata tersebut dipakai di area sekolahan. Karena area sekolah sendiri adalah tempat yang paling sering menjadi tempat Bullying. Sebenarnya dari beberapa orang hanya mengerti kata tersebut namun tak memahami arti kata tersebut.
                
                Apa sih itu Bullying? Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Biasanya pelakunya adalah seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis. Gampangnya adalah menjahili teman dengan berulang-ulang.
                
                Sebenarnya dari pengertian tersebut hanyalah sepele cuma mengganggu orang untuk kepuasan tersendiri. Namun hal tersebut bedampak negatif untuk sang pelaku, korban dan bahkan saksi pun mengalaminya.
                
                Pelaku: Memiliki sifat membuly secara berkelanjutan, berprilaku agresif dan ketika remaja rentan terlibat kriminalitas.
                
                Korban: Memiliki masalah emosi dan akademik jangka panjang, merasa memiliki harga diri yang rendah serta tertekan dan tidak aman. Yang paling parah biasanya hingga bunuh diri.
                Saksi: Mengalami tekanan dan merasa terancam akan menjadi korban selanjutnya.

                Bentuk – bentuk Bullying ada bermacam macam. Namun yang paling sering adalafisik,psikologis dan verbal.

  • Bentuk Fisik: memukul, menjegal, mendorong, meninju, dan lain lain yang berhubungan dengan fisik secara langsung.
  • Bentuk Psikologis: menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, dan lain lain yang berhubungan dengan perasaan secara tidak langsung.
  • Betuk Verbal: menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, dan lain lain yang berhbungan dengan perkataan secara langsung.
                Nah itu adalah pengertian, dampak dan bentuk dari Bullying. Apa sih yang harus kita lakukan untuk mengatasi Bullying?
1.       Ketahui pelaku – pelaku yang biasa melakukan Bullying .
2.       Membuat peraturan anti Bullying .
3.       Jangan berikan ruang yang kosong dalam arti tempat sepi di beberapa lingkungan.
4.       Meningkatkan pengawasan secara penuh.
5.       Bertemanlah dengan banyak orang.
6.       Jangan menunjukan sisi lemah.
7.       Sering seringlah bersosialisasi.
8.       Untuk orangtua maupun guru berilah contoh yang baik untuk anak dan muridnya.

                Namun dari itu semua ada beberapa cerita kasus Bullying.

Amanda Todd

                Amanda Todd (15 tahun) juga merupakan contoh paling menyedihkan tentang remaja yang menjadi korban bullying di sekolahnya. Dia merupakan siswi kelas 10 di SMA Port Coquitlam, British Columbia, Kanada. Selama bertahun-tahun, Amanda  di-bully teman-teman sekolahnya, baik secara langsung maupun via internet. Amanda bahkan sempat pindah sekolah untuk menghindari penindasan, namun mereka tetap saja menghina dirinya di media internet.


                Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun.

                Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat. Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.

                Kasus Bullying ini menyebabkan kematian seseorang. Ini adalah kasus yang sudah sangat buruk sehingga beberapa dari korban Bullying merasa tidak kuat dan memilih meng akhiri hidupnya. Namun tak semua kasus Bullying berakhir tragis.
                
Taylor Swift

 
                Siapa yang tak kenal Taylor Swift? Ternyata dia juga sempat mejadi korban Bullying.

                "Ketika saya SMP keadaan menjadi sulit karena saya punya dijauhi oleh kelompok gadis populer. Mereka berpikir saya tidak ramah atau cukup cantik, sehingga mereka berhenti berbicara kepada saya .... Anak-anak di sekolah juga berpikir saya itu aneh karena saya menyukai country music. Mereka lalu mengejekku. "

                "Ada dua cara yang dapat kita lakukan jika kita dibully. Kita dapat membiarkan hal itu menghancurkan kita, atau kita dapat menggunakannya sebagai dasar untuk mendorong kita untuk bermimpi lebih besar danbekerja lebih keras. Dulu saya sering tidak diundang ke pesta. Dan jika saya melihat ke belakang sekarang, saya sangat bersyukur bahwa saya berada di rumah karena tak diundang dan bermain gitar sampai jari-jari saya berdarah "
Jika kita di Bully kita harus berani melawan dan ambil beberapa sisi positifnya dari kejadian tersebut.